Bambang Hermansyah: Harus ada Nama Jalan dan Bangunan yang Menggunakan  Nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas di Sambas dan Kalbar

Spread the love

Majalahmataborneonews.com, Sambas-

Dengan penuh semangat dan khidmat, melalui Panitia masyarakat Kabupaten Sambas menggelar Haul Akbar Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang ke 153 tahun, dengan rangkaian kegiatan Ziarah Kubur, Seminar Nasional dan Haul Akbar yang digelar di Masjid At Taqwa, Pemangkat. Acara ini bertujuan untuk mengenang jasa dan pengabdian Syeikh Ahmad Khatib Sambas, sekaligus menjadi wujud penghormatan terhadap warisan pemikiran, pendidikan, dan dakwah yang ditinggalkan Syeikh Ahmad Khatib.

Tokoh Muda Kabupaten Sambas, Bambang Hermansyah menyampaikan apreasiasi dan penghargaan yang tinggi kepada seganap Panitia Haul Syeikh Ahmad Khatib Sambas.

“Apreasiasi dan penghargaan yang tinggi kepada segenap Tokoh Masyarakat dan Agama serta Panitia Haul Syeikh Ahmad Khatib Sambas (Ketua Panitia, H. Wasli Matsun, M.PdI) yang telah berhasil membangkitkan ingatan kolektif khusunya masyarakat Sambas, bahwa Kabupaten Sambas memiliki Ulama besar tidak hanya bagi Sambas tetapi bagi Nusantara, Indonesia dan Dunia. Kontribusi dan warisan beliau sangat besar dibidang agama, dakwah, pendidikan termasuk menanamkan nilai cinta tanah air dan bela negara melalui pendidikan keislaman. Nilai nilai tersebut yang menumbuhkan semangat juang masyarakat Nusantara mengusir penjajah melalui muri muridnya yang ada di tanah air” ujar Alumni FISIP UNTAN.

Selama mengajar di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Syeikh Ahmad Khatib Sambas memiliki murid yang berasal dari Nusantara kemudian kembali ke tanah air tersebar di seluruh nusantara, antara lain: Syaikh Nawawi Al Bantani; dan Syaikh Ahmad Hasbullah Ibn Muhammad Madura; dan Syaikh Thalhah Kalisapu Cirebon, Syaikh Abdullah Mubarrok Ibn Nur Muhammad atau “Abah Sepuh” dari Suryalaya (Tasikmalaya)  dan masih banyak lagi lainnya.

Syeikh Ahmad Khatib Sambas lahir pada tahun 1803 M (Safar 1217 H) di Kampung Dagang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Pada Safar 1289 H atau sekitar April 1872 M tepat usia beliau mencapai 72 tahun, Syaikh Ahmad Khatib Sambas berpulang ke rahmatullah di Mekkah, dimakamkan di pemakaman Ma’la.

Beliau dikenal sebagai ulama sufi yang berhasil menggabungkan metode tasawuf dari dua thariqah besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsyabandiyah, sehingga mendirikan jalur yang dikenal sebagai TQN (Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah).

Ajaran Syaikh Ahmad Khatib Sambas tidak hanya mengenai kesufian, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan, beliau juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap sesama, kerukunan, dan kesejahteraan bersama.

“Semoga Haul Akbar ini menjadi momentum bagi kita semua untuk sama sama memperkenalkan sosok, kiprah dan pemikiran  serta meneladani Syeikh Ahmad Khatib Sambas, khususnya bagi generasi muda.. Dan yang paling penting membangkitkan kesadaran bagi masyarakat Sambas untuk meniti jalan pulang, mengembalikan posisi Kabupaten Sambas sebagai pusat keilmuan, kebudayaan dan spiritual, seperti dulu dikenal banyak kalangan, ujar Bambang Hermansyah, Sekjen PASS (Persaudaraan Sambas Serantau) DKI Jakarta

Seminar Nasional yang diselenggarakan pada hari Sabtu (25/8/2025) di UNISSAS (Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas) dengan tema “Mengenal Guru Para Ulama Nusantara: Napak Tilas Perjuangan Dakwah Syeikh Ahmad Kahtib Sambas .” Acara tersebut dibuka oleh Ketua MUI Sambas, Dr. Sumar’in, S.E.I, M.Si hadir sebagai nara sumber Dr. Erwin,M.Pd, , Guru Mursyid TQN Khatibiyah Sambas, Syeikh Jayadi Khatib Sambas, Kepala Kantor Kemenag Sambas, Tokoh NU, Kiyai Tohidin dengan Ketua Panitia, Dr. Sumin, M.Si.

Dalam acara seminar tersebut, sebagai bentuk hormat dan pengingat serta keteladanan, Bambang Hermansyah menyampaikan usul agar ada Nama Jalan dan Gedung di Kabupaten Sambas khususnya dan Kalimantan Barat umumnya menggunakan nama Syeikh Ahmad Kahtib Sambas.

“Sebagaimana di Sumatera Barat, nama Masjid Rayanya diganti menjadi nama Syeikh Ahmad Al Minangkabawi, di Banten ada nama Jalan dan Masjid yang menggunakan nama Syeikh Ahmad Al Bantani. Beliau berdua adalah murid dari Syeikh Ahmad Kahtib Sambas, jangan sampai Sang Guru “sunyi” di Kampungnya Sendiri, di Sambas dan Kalimantan Barat, ini tugas bersama kita tutup Dosen Universitas Ibnu Chladun. (Nop)

 

Kabar DaerahSambas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Us