Paslon 01 Pontianak Lecehkan Simbol Multietnis Paslon 02
Majalahmataborneonews.com, Pontianak. Paslon 01 Edi-Bahasan melecehkan simbol multietnis dan pakaian budaya yang digunakan Paslon dan Pendukung 02 Mulyadi-Harti Hartidjah, Rabu (6/11/2024) di ajang Debat Kandidat Pilkada Pontianak.
Debat Kandidat yang diselenggarakan KPU Kota Pontianak itu dipandu moderator Ivo Nasution. Moderator memberikan kesempatan kepada Bahasan bertanya selama 1 menit dan jawaban oleh Calon Wakil Walikota Nomor 2 Harti Hartidjah. Jawaban itu kemudian ditanggapi balik Calon Wakil Walikota dan boleh ditambahkan Calon Walikota.
“Baik, saudara Calon Wakil Walikota…,” kata Bahasan sambil tertawa nyinyir diawal dia hendak mengajukan pertanyaan untuk Harti Hartidjah tepat di durasi 1:32:39 Debat Publik Pilkada Pontianak itu.
Bahasan melanjutkan pertanyaan, bahwa Harti telah berani mencoba menjadi paslon Pilkada dan sejauh mana memahami tugas dan fungsi Wakil Walikota untuk mengantisipasi Kota Pontianak yang sudah sangat kondusif.
“Ini bisa dipertahankan atau bahkan malah lebih ditingkatkan, karena saya yakin anda berani mencoba, berani juga melaksanakan itu,” tanya Bahasan.
Harti menjawab kehadiran pasangan Multi (Mulyadi-Harti) sudah menunjukkan keberagaman di arena debat kandidat, sehingga bisa maju bersama masyarakat Kota Pontianak.
“Kami adalah pasangan multietnis, sesuai dengan keberadaan masyarakat kota pontianak yang beraneka ragam suku dan agama. Kami mempunyai hak yang sama untuk maju sebagai Wakil Walikota Pontianak,” ujar Harti.
Ungkapan Harti ini ingin menunjukkan kondusivitas dapat dibangun salah satunya dengan menghadirkan budaya yang majemuk. Dalam dialog tersebut memang Paslon 02 dan para pendukungnya memakai pakaian adat masing-masing antara lain pakaian adat Melayu, Dayak, Tionghoa, Bugis, Batak, Jawa, Madura, Banten, Sunda, Flobamora dan etnis lainnya yang ada di Kota Pontianak.
“Siapapun kami, adalah warga Indonesia, apapun warna kulit kami, diberikan kesempatan sama untuk maju dan kami sudah menunjukkan keberagaman di ruangan ini,” ujar Harti.
Jawaban Harti ditanggapi balik Bahasan yang menyatakan bahwa jawaban Harti sangat tidak nyambung. “Saya tanya fungsi dan tugas wakil walikota itu apa. Malah menjawab ditunjukkan di depan seolah-olah memakai pakaian adat itu semua bisa mengkondisikan bahwa kondusivitas itu dijamin dengan memakai pakaian adat saja,” kata Bahasan.
Gaya bahasan semakin tengil saja lantaran sambil berbicara mengarahkan telunjuk kirinya ke arah massa pendukung Paslon 02 yang berpakaian adat multi etnis.
Serius
Persoalan ini mendapat perhatian serius dari Calon Walikota Pontianak Nomor Urut 2 Dr. H. Mulyadi, M.Si yang menyampaikan dalam kesempatan jumpa pers usai debat kandidat tersebut.
“Justru akhlak dan perilaku itu dibangun dari akar budaya. Kalau itu dianggap hal biasa, itu adalah anggapan yang salah,” kata Mulyadi.
Mulyadi mencontohkan dirinya selaku orang Melayu dan merasa cinta dengan pakaian adat melayu. Demikian pula bagi yang Bugis dan memakai pakaian adat Bugis, yang Tionghoa memakai pakaian Tionghoa, etnis Dayak juga etnis lainnya.
“Itulah dia multi etnis. Kalau kita pelihara maka gesekan-gesekan tidak akan terjadi. Ini bagus dan jangan dianggap biasa saja. Justru itu hal yang luar biasa,” kata Mulyadi yang mantan Sekda dan lama berkiprah sebagai guru serta Kepala Dinas.
Menurutnya, akhlak dan perilaku anak-anak juga akan terjaga dengan baik. Oleh karena itu, pihaknya menerapkan seragam corak insang bagi anak- anak sekolah. Bahkan nanti kelak jika terpilih sebagai Walikota akan menerapkan penggunaan seragam khas adat masing-masing setiap hari Jumat.
“Anak sekolah memakai seragam khas pakaian adat masing-masing dengan tujuan menanamkan pendidikan sejak dini,” kata Mulyadi yang salah satunya memprogramkan pakaian sekolah gratis. (*/R2)